Dunia bisnis bukan hal yang baru untuk karier seorang Herman Susanto. Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi di Amerika, ia langsung terjun ke dunia bisnis dengan meneruskan usaha orangtuanya. Membantu usaha keluarga memang menjadi tuntutan utama, karena Herman adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Namun, ketertarikannya sejak masih kecil pada dunia bisnis merupakan hal yang paling memengaruhi dirinya terjun ke dunia bisnis.
Di telinganya selalu terngiang pertanyaan: mengapa orang yang sedikit bekerja, tetapi dapat memiliki uang yang banyak? Bahkan, orang yang lebih banyak bekerja, uangnya malah sedikit? Setelah beberapa tahun menjalani bisnis di Indonesia, Herman memberanikan diri membuka bisnis di Singapura. Banyak yang mengatakan bahwa budaya bisnis di luar negeri dan Indonesia berbeda. Hal itu juga yang menjadi salah satu alasan baginya untuk membuka bisnis di Singapura.
Menurut Herman Susanto, dunia bisnis di Indonesia itu sangat interesting, exciting, dan dinamis. Geliat entrepreneur di Indonesia menggerakkan hati Herman untuk terjun di dunia pengembangan bisnis di Indonesia. Dia pernah bergelut dalam bisnis retail, shipping, dan hingga kini di bisnis coaching.
Bisnis coaching yang didirikan pada 2002 adalah sebuah pendampingan terhadap bisnis-bisnis lainnya. “Sesuatu yang tidak ada membuat saya terpanggil untuk menjadikan hal tersebut ada di Indonesia. Hal tersebutlah yang membuat saya yakin untuk menghadirkan bisnis coach ini ke Indonesia. Karena, seorang entrepreneur sejati mampu melihat peluang bisnis ke depan di saat orang lain belum memikirkannya,” kata Herman.
Saat orang bertanya seberapa pentingnya seorang coach dalam sebuah perusahaan, jawaban Herman adalah seberapa pentingkah seorang atlet mempunyai seorang pelatih? Pengenalan seorang coach dalam sebuah bisnis di Indonesia memang baru saja berkembang belakangan ini. Sebelumnya banyak yang tidak menyadari pentingnya seorang coach, karena setiap perusahaan selalu membutuhkan orang ketiga, entah itu coach, guru, mentor, ataupun konsultan untuk memberikan pandangan terhadap sesuatu yang tidak mereka lihat.
Setelah cukup lama bergelut dalam dunia bisnis, Herman mengaku pernah mengalami kegagalan. “Karena hidup ini harus go forward, apa pun yang dihadapi ya harus dilalui. Always work harder on yourself than you do on your Job. When you become better, your job becomes easier,” tutur Herman yang merupakan pembina pada Jurnalis Entrepreneur Club selama 2008 hingga 2009.
Bagi Herman yang pernah menyandang predikat “Best of the Best Franchisor” tahun 2008,entrepreneur itu adalah jati diri. Seorang entrepreneuer sejati tidak pernah mengenal takut akan kegagalan dan kuat menghadapi usaha yang jatuh-bangun. Kegagalan bagi seorangentrepreneur adalah hal biasa. Mereka menganggap kegagalan merupakan pembelajaran yang harus dilalui, serta melihat hal tersebut sebagai tantangan untuk menghadirkan solusi, bahkan peluang. Jika seseorang lari dari kegagalan, dapat dipastikan dia tidak memiliki jiwa entrepreneuryang sesungguhnya.
“Jika ingin jadi entrepreneur jangan hanya berpikir untuk menjadikannya saja, tapi harussustainable dan keep growing. Kalau Anda sudah bisa berencana menjadi entrepreneur, maka berencana jugalah untuk sustainable dan keep growing,” kata Herman di kantornya Actioncoach Indonesia.
Ke depan, Actioncoach akan lebih banyak berperan untuk membantu Indonesia mencapai tahapan perekonomian yang lebih maju. “Pada 10-13 tahun lalu, saya tertarik menghadirkan Actioncoach di Indonesia. Karena, peran actioncoach bukan hanya menyembuhkan perusahaan yang sakit, tetapi mengembangakan usaha tersebut hingga ke luar Indonesia,” katanya.
Hidup dan bisnis memang tidak bisa dipisahkan dari Herman Susanto. Baginya, hidup dan bisnis itu harus dapat berkontribusi, enjoyable fun, dan dapat memberikan nilai tambah bagi orang-orang di sekelilingnya. Keinginannya untuk bisa terus berguna bagi banyak orang dan terus memberikan kontribusi untuk perekonomian Indonesia, seharusnya bisa menjadi contoh bagi para entrepreneur muda.